KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini kami buat
untuk melengkapi tugas Budi Pekerti.
Kesehatan diri dan
lingkungan, selain itu makalah ini juga bertujuan supaya pembaca dapat
mengetahui dan memahami secara jelas mengenai Kesehatan Manusia dan Lingkungan.
Kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya
dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak.
Ucapan terimakasih kepada: Ibu Dra. Ida Hamidah Selaku pembimbing Mata Pelajaran Budi Pekerti.
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kasempurnaan makalah ini.
Ucapan terimakasih kepada: Ibu Dra. Ida Hamidah Selaku pembimbing Mata Pelajaran Budi Pekerti.
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kasempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………..........
Kata pengantar…………………………………………………………........ 1
Daftar Isi…………………………………………………………………....... 2
BAB I KESEHATAN DIRI
1.1 Latar Belakang ………………………………………… 3
1.2 Pemasalahan…………………........…………………..... 3
2.1 Penyebab
penyakit jantung..…………………………..... 3
2.2 Penyakit Jantung..…………………………...................... 4
2.2 Penyakit Jantung..…………………………...................... 4
2.3 Mencegah
penyakit jantung dengan pola hidup sehat....... 4
BAB II KESEHATAN LINGKUNGAN
1.1 Latar
Belakang.................................................................................... 5
2.1 Pengetian limbah.................................................................................
5
2.2 Karakteristik limbah........................................................................... 6
2.3 Sumber dan Jenis limbah................................................................... 7
3.1 Limbah Plastik................................................................. 11
3.2 Pengolahan limbah plastik............................................... 12
3.3 Penanganan dan Pengolahan limbah rumah sakit............ 13
3.4 Peranan rumah sakit dalam pengolahan limbah.............. 14
3.5 Potensi pencemaran limbah rumah sakit......................... 15
3.6 Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya.................. 16
4.1 Pencegahan Pengolahan Limbah .................................... 17
4.2 Ozonisasi Pengolahan Limbah Medis.............................. 20
2.2 Karakteristik limbah........................................................................... 6
2.3 Sumber dan Jenis limbah................................................................... 7
3.1 Limbah Plastik................................................................. 11
3.2 Pengolahan limbah plastik............................................... 12
3.3 Penanganan dan Pengolahan limbah rumah sakit............ 13
3.4 Peranan rumah sakit dalam pengolahan limbah.............. 14
3.5 Potensi pencemaran limbah rumah sakit......................... 15
3.6 Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya.................. 16
4.1 Pencegahan Pengolahan Limbah .................................... 17
4.2 Ozonisasi Pengolahan Limbah Medis.............................. 20
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan …………………………………………….... 22
1.2 Kesimpulan......................................................................... 22
2.1 Saran……………………………………………………… 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
KESEHATAN DIRI
1.1 Latar belakang
Penyakit jantung dan stroke merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan. Bahkan sekarang ini di Indonesia penyakit jantung menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian.
Penyakit jantung dan stroke sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu memang penyakit-penyakit tersebut diderita oleh orang tua terutama yang berusia 60 tahun ke atas, karena usia juga merupakan salah satu faktor risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Namun sekarang ini ada kecenderungan juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, terutama pada orang muda perkotaan modern.
Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolah raga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan. Padahal kesemua perilaku tersebut dapat merupakan faktor-faktor penyebab penyakit jantung dan stroke.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dangkat dalam penulisan makalah ini ialah:
1. mengapa penyakit jantung bisa terjadi?
2. apakah sebenarnya penyakit jantung itu?
3. bagaimanakah cara mencegah penyakit jantung?
2.1 Penyebab Penyakit Jantung
Faktor yg menyebabkan terkena resiko penyakit jantung sebagai mana dikemukakan di dalam Satu Kongres Kardiolog di Munich Jerman yaitu :
1) Smooking atau Merokok – yg paling berbahaya menurut mereka
2) Tekanan darah tinggi
3) Penyakit gula atau Diabetes
4) Satu skema pembagian lemak = waist to hip ratio
5) Pola Makan yang salah
6) Kegiatan fisik yang berlebihan
7) Mengkonsumsi Alkohol
8) Banyaknya lemak di dalam darah
9) Faktor psikososial
Namun ada empat faktor utama penyebab penyakit jantung, yaitu :
1. merokok terlalu berlebihan selama bertahun-tahun
2. kadar lemak darah (kolesterol) yang tinggi
3. tekanan darah tinggi
4. penyakit kencing manis
2.2 Penyakit Jantung
Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti berhubungan dengan jantung, dari Yunani cardia untuk jantung. Jantung adalah salah satu organ yang berperan dalam sistem peredaran darah.
Serangan jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan jantung sama sekali tidak berfungsi. Kondisi ini biasanya terjadi mendadak, dan sering disebut gagal jantung. Penyebab gagal jantung bervariasi, namun penyebab utamanya biasanya adalah terhambatnya suplai darah ke otot-otot jantung, oleh karena pembuluh-pembuluh darah yang biasanya mengalirkan darah ke otot-otot jantung tersebut tersumbat atau mengeras, entah oleh karena lemak dan kolesterol, ataupun oleh karena zat-zat kimia seperti penggunaan obat yang berlebihan yang mengandung Phenol Propano Alanin (ppa) yang banyak ditemui dalam obat-obat seperti Decolgen, dan nikotin.
Belakangan ini juga sering ditemukan gagal jantung mendadak ketika seseorang sedang beraktivitas, seperti yang menyerang beberapa atlit-atlit sepak bola ternama di dunia di tengah lapangan sepak bola. Biasanya hal itu disebabkan oleh pemaksaan aktivitas jantung yang melebihi ambang batas, atau kurangnya pemanasan sebelum melakukan olah raga.
2.3 Mencegah Penyakit Jantung dengan Pola Hidup Sehat
Upaya pencegahan untuk menghindari penyakit jantung dan stroke dimulai dengan memperbaiki gaya hidup dan mengendalikan faktor risiko sehingga mengurangi peluang terkena penyakit tersebut. Untuk pencegahan penyakit jantung & stroke hindari obesitas/kegemukan dan kolesterol tinggi. Mulailah dengan mengkonsumsi lebih banyak sayuran, buah-buahan, padi-padian, makanan berserat lainnya dan ikan. Kurangi daging, makanan kecil (cemilan), dan makanan yang berkalori tinggi dan banyak mengandung lemak jenuh lainnya. Makanan yang banyak mengandung kolesterol tertimbun dalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis yang menjadi pemicu penyakit jantung dan stroke.
Berhenti merokok merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok dari lingkungan. Merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang, sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri, dan meningkatkan faktor pembekuan darah yang memicu penyakit jantung dan stroke. Perokok mempunyai peluang terkena stroke dan jantung koroner sekitar dua kali lipat lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok.
Kurangi minum alkohol. Makin banyak konsumsi alkohol maka kemungkinan stroke terutama jenis hemoragik makin tinggi. Alkohol dapat menaikan tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri. Lakukan Olahraga/aktivitas fisik. Olahraga dapat membantu mengurangi bobot badan, mengendalikan kadar kolesterol, dan menurunkan tekanan darah yang merupakan faktor risiko lain terkena jantung dan stroke
Kendalikan tekanan darah tinggi dan kadar gula darah. Hipertensi merupakan faktor utama terkena stroke dan juga penyakit jantung koroner. Diabetes juga meningkatkan risiko stroke 1,5-4 kali lipat, terutama apabila gula darahnya tidak terkendali. Hindari penggunaan obat-obat terlarang seperti heroin, kokain, amfetamin, karena obat-obatan narkoba tersebut dapat meningkatkan risiko stroke 7 kali lipat dibanding dengan yang bukan pengguna narkoba.
Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit jantung dan stroke mempunyai efek melancarkan sirkulasi darah dan sebagai antikoagulan yaitu mencegah penggumpalan darah, karena penyakit jantung dan stroke penyebab utamanya adalah gangguan pada pembuluh darah.
BAB II
KESEHATAN LINGKUNGAN
1.1 Latar Belakang
Dimulai dengan makin maraknya industri besar yang
berdiri serta kehidupan masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan
sekitarnya. Mulailah timbuh tumpukan limbah atau pun sampah yang tidak di buang
sebagaimana mestinya. Hal ini berakibat pada kehidupan manusia di bumi yang
menjadi tidak sehat sehingga menurunkan kualitas kehidupan terutama pada
lingkungan sekitar.
Maka dari itu karya tulis ini akan dilengkapi dengan
faktor – faktor yang timbul dan upaya – upaya yang dapat dilakukan mengenai
masalah limbah. Oleh karena itu, kami telah susun karya tulis ini dengan rinci.
Dengan maksud supaya makalah tentang Dampak Limbah serta Penanggulangannya ini
dapat dijadikan masukan untuk membenahi kualitas kehidupan karena adanya limbah
ataupun sampah yang tidak di buang sebagaimana mestinya.
Pada makalah ini terdapat beberapa cara yang dapat
ditempuh guna meminimalisir dampak dari limbah ataupun sampah dan akhirnya kita
dapat bersama mengurangi dampak dari adanya limbah ataupun sampah. Karena
sampah sebenarnya ada juga yang masih dapat dimanfaatkan terutama limbah hewan
yang dapt dijadiak pupuk atau limbah plastic dengan cara mendaur ulang serta
limbah lain yang bias dimanfaatkan.
2.1 .Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran
limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkunganterutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah.penanganan limbah ini tentunya tidak hanya sekedar mengolahnya/
mendaur ulangnya langsung tanpa memperhatikan jenis limbah dan cara
penangannanya klarena dari setiap limbah yang ada mempunyai cirri berbeda
terhadap dampak yang ditimbulkanya.
2.2 .Karakteristik limbah :
Pada umumnya sesuatu yang ada di bumi ini memiliki
suatu karakteristik yang berbeda. Termasuk juga limbah yang mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
1.
Berukuran mikro
Karekteristik ini merupakan karakterisik pada besar
kecilnya limbah/ volumenya. Contoh dari limbah yang berukuran mikro atau kecil
atau bahkan tidak bias terlihat adalah limbah industri berupa bahan kimia yang
tidak terpakai yang di buang tidak sesuai dengan prosedur pembuangan yang
dianjurkan.
1.
Dinamis
Mungkin yang dimaksud dinamis disini adalah tentang
cara pencemarannya yang tidak dalam waktu singkat menyebar dan mengakibatkan
pencermaran. Biasanya limbah dalam menyerbar di perlukan waktu yang cukup lama
dan tidak diketahui dengan hanya melihat saja. Hal ini dikarenakan ukuran
limbah yang tidak dapat dilihat
1.
Berdampak luas (penyebarannya)
Luasnya dampak yang di timbulkan oleh limbah ini
merupakan efek dari karakteristik limbah yang berukuran mikro yang tak dapat
dilihat dengan mata tellanjang. Contoh dari besarnya dampak yang ditimbulkan
yaitu adanya istilah “Minamata disease” atau keracunan raksa (Hg) di Jepang
yang mengakibatkan nelayan-nelayan mengidap paralis (hilangnya kemampuan untuk
bergerak karena kerusakan pada saraf). Kejadian ini terajadi di Teluk Minamata
dan Sungai Jintsu karena pencemaran oleh raksa (Hg).
1.
Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Dampak yang ditimbulkan limbah terutama limbah kimia
biasanya tidak sekedar berdampak pada orang yang terkena tetapi dapat
mengakibatkan turunannya mengalami hal serupa.
Dari karakteristik limbah di atas pencemaran limbah
juga didukung oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran limbah
terhadap lingkungan diantaranya :
1.Volume Limbah
Tentunya semakin banyak limbah yang dihasilkan oleh
manusia dampak yang akan ditimbulkan semakin besar pula terasa.
2.Kandungan Bahan Pencemar
Kandunngan yang terdapat di limbah ini mengakibatkan
pencemaran lingkungan apabila kandunganya berbahaya dapat mengakibatkan
pencemaran yang fatal bahkan dapat membunuh manusia serta mahluk hidup sekitar.
3.Frekuensi Pembuangan Limbah
Pada saat sekarang ini pembuangan limbah semakin naik
frekuensinya di karenakan banyaknya industry yang berdiri. Dengan semakin
banyak frekuensi limbah tentunya pembuanganlimbah menjadi tidak terkandali dan
usaha untuk mengolahnya tidak dapat maksimal dikarenakan pengolahan limbah yang
masih jauh dari harapan kita semua.
2.3 Sumber dan Jenis Limbah
1.Sumber Utama imbah
Sumber adanya limbah sebenarnya banyak sekali tetapi
pada pengelompokannya sumber limbah terdiri dari :
ØAktivitas manusia
Saat manusia melakukan aktivitas untuk menghasikan
sesuatu barang produksi maka akan timbul suatu limbah karena tidak mampunya
pengolahan yang dilakukan oleh manusia menggunkan mesin dan juga sulitnya untuk
mengolah barang yang tidak berguna menjadi barang yang bias dimanfaatkan untuk
keperluan manusia. Berikut adalah limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia
misalnya :
a)Hasil pembakaran bahan bakar pada industry dan juga
kendaran bermotor
b)Pengolahan bahan tambang dan minyak bumi
c)Pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian
ataupun perumahan
ØAktivitas alam
Selaindari aktivitas diatas pencemaran limbah di bumi
juga di timbulkan oleh aktivitas alam walaupun jumlahnya sangat sedikit
pengaruhnya terhadap lingkungan karena lokasinya yang biasanya bersifat
lokal.berikut ini contoh dari aktivitas alam yang menghasilkan limbah yaitu :
a)Pembusukan bahan organik alami
b)Adanya aktifitas gunung berapi
c)Banjir, longsor serta
d)Aktivitas alam yang lain
Karena kedua aktivitas ini menimbulkan limbah yang
mencemari lingkungan, manusia di bumi terus mengembangkan teknologi untuk
mencegah dampak pencemaran lingkungan. Walaupun dilain pihak limbah terus
meningkat terutamadiakibatkan oleh aktivitas manusia hal ini didorong oleh
beberapa factor sebagai berikut :
ØPerkembangan industri
Perkembangan industri yang sangat cepat baik
pertambangan, transportasi dan manufakur atau pabrik yang mengahsilkan limbah
dalam jumlah yang relative besar sehingga terjadi pembuangan limbah yang kurang
terkontrol karena kurannya teknologi untuk membuat limbah menjadi barang yang
terurai atau ramah lingkungan
ØModernisasi
Pada saat sekarang perkembangan teknologi untuk
menghasilkan barang semakin marak digunakan dikalangan orang yang mengeluti
bidang industry. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan barang dengan cepat
tetapi di lain hal perkembangan teknologi berakibat pada semakin banyaknya
limbah yang dihasilkan oleh teknologi itu sendiri.
ØPertambahan penduduk
Semakin banyaknya penduduk di bumi ini mengakibatkan
bertambah meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal serta meingkatnya jumlah
kebutuhan akan barang. Hal ini dapat menimbulkan berberpa macam masal seperti :
a)Pembukaan lahan untuk pemukiman dan saran
transportasi
Pembukaan lahan untuk pemukiman dan saran transportasi
berdampak terhadap semakin berkurangnya hutan untuk mengurangi kadar pencemaran
lingkungan.
b)Penimbunan sampah
Semakin hari kita melihat banyaknya sampah yang
menumpuk karena pembuangannya yang sembarangan dan mungkin juga karena kurang
mampunya tempat pembuangan sampah untuk menampung sampah atau yang biasa
disebut TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dalam menampung sampah sehingga sampah
menumpuk di suatu tempat yang berdampak menurunnya kualitas lingkungan sekitar
2.Jenis Limbah
Bermacam-macam limbah mungkin akan kita temui di sekitar
kita. Pernahkah anda melihat sampah plastic, kaleng,pecahan kaca, kotoran hewan
dan lain sebagainya. Dari sekian banyaknya limbah ini dapat dikelompokan
berdasar sumber dari limbah ini berasal seperti penjelasan di bawah ini :
ØGarbage yaitu sisa pengelolaan atau sisa makanan yang
mudah membusuk. Misal limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga, restoran dan
hotel.
ØRubbish yaitu bahan atau limbah yang tidak mudah
membusuk yang terdiri dari
·bahan yang mudah terbakar seperti kayu dan kertas
·bahan yang tidak mudah terbakar seperti klaeng dan
kaca
ØAshes yaitu sejenis abu hasil dari proses pembakaran
seperti pembakaran kayu, batubara maupun abu dari hasil industry.
ØDead animal yaitu segala jenis bangkai yang membusuk
seperti bangkai kuda, sapi, kucing tikus dan lain-lain.
ØStreet sweeping yaitu segala jenis sampah atau
kotoran yang berserakan di jalan karena perbuatan orang yang tidak
bertanggungjawab.
ØIndustrial waste yaitu benda-benda padat sisa dari
industry yang tidak tepakai atau dibuang. Missal industry kaleng dengan
potongan kaleng-kaleng yang tidak terolah.
D.Contoh Dari Pencemaran Limbah dan
Upaya Pengolahannya.
·DAMPAK NEGATIF LIMBAH SAMPAH TERHADAP LINGKUNGAN DAN
PEMANFAATANNYA
Kawasan wisata alam merupakan tempat yang menarik
untuk dikunjungi, baik oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara yang
menyenangi nuansa alami. Selain itu kawasan wisata alam adalah sarana tempat
terjadinya interaksi sosial dan aktivitas ekonomi.
Untuk menjaring masyarakat dan wisatawan sebanyak
mungkin, setiap kawasan wisata alam harus menjaga keunikan, kelestarian, dan
keindahannya. Semakin banyak kunjungan wisatawan, maka aktivitas dikawasan
tersebut akan meningkat, baik aktivitas sosial maupun ekonomi. Setiap aktivitas
yang dilakukan, akan menghasilkan manfaat ekonomi bagi kawasan tersebut. Namun
yang harus diingat adalah bahwa limbah atau sampah yang ditimbulkan dari
kegiatan tersebut dapat mengancam kawasan wisata alam.
Sampah apabila dibiarkan tidak dikelola dapat menjadi
ancaman yang serius bagi kelangsungan dan kelestarian kawasan wisata alam.
Sebaliknya, apabila dikelola dengan baik, sampah memiliki nilai potensial,
seperti penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan estetika
lingkungan, dan pemanfaatan lain sebagai bahan pembuatan kompos yang dapat
digunakan untuk memperbaiki lahan kritis di berbagai daerah di Indonesia, dan
dapat juga mempengaruhi penerimaan devisa negara.
Komposisi Sampah
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk
seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini
dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah
membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol
dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan
sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.
Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus
makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas
koran, HVS, maupun karton;
Di negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak
adalah sampah organik, sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%.
Ancaman Bagi Kawasan Wisata Alam
Dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah yang tidak
dikelola dengan baik adalah sebagai berikut:
a. Gangguan Kesehatan:
· Timbulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat
yang dapat mendorong penularan infeksi;
· Timbulan sampah dapat menimbulkan penyakit yang
terkait dengan tikus;
b. Menurunnya kualitas lingkungan
c. Menurunnya estetika lingkungan
Timbulan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan
menjadikan lingkungan tidak indah untuk dipandang mata;
d. Terhambatnya pembangunan negara
Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan,
mengakibatkan pengunjung atau wisatawan enggan untuk mengunjungi daerah wisata
tersebut karena merasa tidak nyaman, dan daerah wisata tersebut menjadi tidak
menarik untuk dikunjungi. Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan menurun, yang
berarti devisa negara juga menurun.
Pengelolaan Sampah
Agar pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan
mencapai tujuan yang diinginkan, maka setiap kegiatan pengelolaan sampah harus
mengikuti filosofi pengelolaan sampah. Filosofi pengelolaan sampah adalah bahwa
semakin sedikit dan semakin dekat sampah dikelola dari sumbernya, maka
pengelolaannya akan menjadi lebih mudah dan baik, serta lingkungan yang terkena
dampak juga semakin sedikit.
Tahapan Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di kawasan
wisata alam adalah:
a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya
Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau
pemisahan sampah organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik
dan anorganik disetiap kawasan yang sering dikunjungi wisatawan.
b. Pemanfaatan Kembali
Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas:
1). Pemanfaatan sampah organik, seperti composting (pengomposan).
Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah
lingkungan untuk melestarikan fungsi kawasan wisata.
Berdasarkan hasil, penelitian diketahui bahwa dengan
melakukan kegiatan composting sampah organik yang komposisinya
mencapai 70%, dapat direduksi hingga mencapai 25%.
Gb.1. Proses
Pemilahan Sampah
|
Gb.2. Proses Pembuatan
Kompos
|
|
2). Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya
pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas, atau kertas daur
ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual
barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan
botol air minum dalam kemasan.
c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir
Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara
ekonomis baik dari kegiatan
composting maupun pemanfaatan sampah anorganik,
jumlahnya mencapai ± 10%, harus dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir
(TPA). Di Indonesia, pengelolaan TPA menjadi tanggung jawab masing-masing
Pemda.
Dengan pengelolaan sampah yang baik, sisa sampah akhir
yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi hanya sebesar ± 10%. Kegiatan
ini tentu saja akan menurunkan biaya pengangkutan sampah bagi pengelola kawasan
wisata alam, mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk lokasi TPS, serta
memperkecil permasalahan sampah yang saat ini dihadapi oleh banyak pemerintah
daerah.
Pengelolaan sampah yang dilakukan di kawasan wisata
alam, akan memberikan banyak manfaat, diantaranya adalah:
a. Menjaga keindahan, kebersihan dan estetika
lingkungan kawasan sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung;
b. Tidak memerlukan TPS yang luas, sehingga pengelola
wisata dapat mengoptimalkan penggunaan pemanfaatan kawasan;
c. Mengurangi biaya angkut sampah ke TPS;
d. Mengurangi beban Pemda dalam mengelola sampah.
3.1 . Limbah Plastik
Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat
fisis, mekanis, dan kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi
dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan
yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk
kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset
bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum
digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan
plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume
perdagangan plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun
1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton,
sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah
tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.
Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut
Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap
rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata
setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah
tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik,
antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat
menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi
masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).
Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang
tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berahaya bagi lingkungan. Limbah
daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk
menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar
dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik
dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila
digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia,penggunaan bahan plastik
bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita
sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali
(reuse) kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak
langsung kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma
setelah digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat
mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan
saja jika kita berbelanja makanan di warung tiga kali sehari berarti dalam satu
bulan satu orang dapat menggunakan 90 kantung plastik yang seringkali dibuang
begitu saja. Jika setengah penduduk Indonesia melakukan hal itu maka akan
terkumpul 90×125 juta=11250 juta kantung plastik yang mencemari lingkungan.
Berbeda jika kondisi berjalan sebaliknya yaitu dengan penghematan kita dapat
menekan hingga nyaris 90% dari total sampah yang terbuang percuma. Namun
fenomena yang terjadi adalah penduduk Indonesia yang masih
malu jika membawa kantung plastik kemana-mana. Untuk
informasi saja bahwa di supermarket negara China, setiap pengunjung diwajibkan
membawa kantung plastik sendiri dan apabila tidak membawa maka akan dikenakan
biaya tambahan atas plastik yang dikeluarkan pihak supermarket.
3.2 Pengelolaan Limbah Plastik Dengan
Metode Recycle (Daur Ulang)
Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan
pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber
daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik
dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle).
Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya
adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat
cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek
pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk
pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar (Syafitrie,
2001).
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang
umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar
suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah
harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan),
limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses
melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan
penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et al.,1995).
Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan
limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan
karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara
maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah
sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang
memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur
ulang plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali
barang-barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah
plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus
dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan
kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik
yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density
Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.
Plastik Daur Ulang Sebagai Matriks
Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar
dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah.
Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang
ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah
digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau
besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk
pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata
yang umum dipakai (YBP, 1986).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit
kayu di Indonesia masih terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam
pembuatan komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan
sebagai binder sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua kayu dijadikan
bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya. Penelitian
mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi
perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah dilakukan oleh Febrianto
dkk (2001). Produk papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi
dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel
konvensional. Penelitian plastik daur ulang sebagai matriks komposit kayu
plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman (2003) dengan menggunakan
plastik polipropilena daur ulang.
Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang,
beberapa polimer termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi
oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih
kurang 200°C).
3.3 PENANGANAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam
limbah yang berupa benda cair, padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit
adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber
dari limbah rumah sakit.
Sebagaimana termaktub dalam Undang-undang No. 9 tahun
1990 tentang Pokok-pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk
menyelenggarakan kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit,
pencegahan dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Siregar, 2001).
Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan
melalui berbagai macam cara, yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih,
penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain itu,
perlindungan terhadap bahaya pencemaran lingkungan juga perlu diberi perhatian
khusus (Said dan Ineza, 2002).
Rumah sakit merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan
yang melaksanakan pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula sebagai
lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Pelayanan kesehatan yang
dilakukan rumah sakit berupa kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan
cacat badan serta jiwa (Said dan Ineza, 2002).
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam
limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah sakit
adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber
dari limbah rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan
kegiatan pelayanan rumah sakit (termasuk pengelolaan limbahnya), yaitu
(Giyatmi. 2003) :
·
Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.
·
Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.
·
Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran.
·
Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang
diperlukan.
Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah
dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa
peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur
pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Di samping itu
secara bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan
instalasi pengelolaan limbah rumah sakit. Sehingga sampai saat ini sebagian
rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah,
meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun harus disadari bahwa pengelolaan
limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan lagi (Barlin, 1995).
3.4 Peranan Rumah Sakit Dalam
Pengelolaan Limbah
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan,
rawat nginap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik yang dalam
melakukan proses kegiatan hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan sosial, budaya dan dalam
menyelenggarakan upaya dimaksud dapat mempergunakan teknologi yang diperkirakan
mempunyai potensi besar terhadap lingkungan (Agustiani dkk, 1998).
Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan
kesehatan masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dan
Laboratorium Virologi dan Mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat
penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan Iimbah padat yang
berasal dan rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau
penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut
dapat berupa pencemaran udara, pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan
minunian. Pencemaran tersebut merupakan agen agen kesehatan lingkungan yang
dapat mempunyai dampak besar terhadap manusia (Agustiani dkk, 1998).
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan menyebutkan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu Pemerintah
menyelenggarakan usaha-usaha dalam lapangan pencegahan dan pemberantasan
penyakitpencegahan dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan,
penerangan dan pendidikan kesehatan pada rakyat dan lain sebagainya (Karmana
dkk, 2003). Usaha peningkatan dan pemeliharaan kesehatan harus dilakukan secara
terus menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan,
maka usaha pencegahan dan penanggulangan pencemaran diharapkan mengalami
kemajuan. Adapun cara-cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran limbah
rumah sakit antara lain adalah melalui (Karmana dkk, 2003) :
·
Proses pengelolaan limbah padat rumah sakit.
·
Proses mencegah pencemaran makanan di rumah sakit.
Sarana pengolahan/pembuangan limbah cair rumah sakit
pada dasarnya berfungsi menerima limbah cair yang berasal dari berbagai alat
sanitair, menyalurkan melalui instalasi saluran pembuangan dalam gedung
selanjutnya melalui instalasi saluran pembuangan di luar gedung menuju
instalasi pengolahan buangan cair. Dari instalasi limbah, cairan yang sudah
diolah mengalir saluran pembuangan ke perembesan tanah atau ke saluran
pembuangan kota (Sabayang dkk, 1996). Limbah padat yang berasal dari
bangsal-bangsal, dapur, kamar operasi dan lain sebagainya baik yang medis
maupun non medis perlu dikelola sebaik-baiknya sehingga kesehatan petugas,
penderita dan masyarakat di sekitar rumah sakit dapat terhindar dari
kemungkinan-kemungkinan dampak pencemaran limbah rumah sakit tersebut (Sabayang
dkk, 1996).
3.5 Potensi Pencemaran Limbah Rumah Sakit
Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen
Kesehatan, 1997 diungkapkan seluruh RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan
121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS di Jawa dan Bali menunjukkan
bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat tidur per hari.
Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari.
Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah
domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen.
Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089
ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari
gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi RS untuk mencemari
lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit
(Sebayang dkk, 1996). Rumah sakit menghasilkan limbah dalam jumlah besar,
beberapa diantaranya membahyakan kesehatan di lingkungannya. Di negara maju,
jumlah limbah diperkirakan 0,5 – 0,6 kilogram per tempat tidur rumah sakit per
hari (Sebayang dkk, 1996).
Sementara itu, Pemerintah Kota Jakarta Timur telah
melayangkan teguran kepada 23 rumah sakit (RS) yang tidak mengindahkan surat
peringatan mengenai keharusan memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Berdasarkan data dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jaktim
yang diterima Pembaruan, dari 26 rumah sakit yang ada di Jaktim, hanya tiga
rumah sakit saja yang memiliki IPAL dan bekerja dengan baik. Selebihnya, ada
yang belum memiliki IPAL dan beberapa rumah sakit
IPAL-nya dalam kondisi rusak berat (Sebayang dkk,
1996).Data tersebut juga menyebutkan, hanya sembilan rumah sakit saja yang
memiliki incinerator. Alat tersebut, digunakan untuk membakar limbah padat
berupa limbah sisa-sisa organ tubuh manusia yang tidak boleh dibuang begitu
saja. Menurut Kepala BPLHD Jaktim, Surya Darma, pihaknya sudah menyampaikan
surat edaran yang mengharuskan pihak rumah sakit melaporkan pengelolaan
limbahnya setiap tiga bulan sekali. Sayangnya, sejak dilayangkannya surat
edaran akhir September 2005 lalu, hanya tiga rumah sakit saja yang memberikan
laporan. Menurut Surya, limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang
infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah
infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap
bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar
permasalahan limbah medis. Padahal, limbah medis memerlukan pengelolaan khusus
yang berbeda dengan limbah nonmedis. Yang termasuk limbah medis adalah limbah
infeksius, limbah radiologi, limbah sitotoksis, dan limbah laboratorium.
Pasalnya, tangki pembuangan seperti itu di Indonesia sebagian besar tidak
memenuhi syarat sebagai tempat pembuangan limbah. Ironisnya, malah sebagian
besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki pembuangan seperti itu (Sebayang
dkk, 1996).Sementara itu, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Sudin Kesmas
Jaktim menduga, buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan
limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah sakit. Sedangkan peraturan proses
pembungkusan limbah padat yang diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun
sebagian besar tidak dijalankan dengan benar. Padahal setiap rumah sakit,
selain harus memiliki IPAL, juga harus memiliki surat pernyataan pengelolaan
lingkungan (SPPL) dan surat izin pengolahan limbah cair. Sementara limbah
organ-organ manusia harus di bakar di incinerator. Persoalannya, harga
incinerator itu cukup mahal sehingga tidak semua rumah sakit bisa memilikinya
(Sebayang dkk, 1996).
Beberapa hal yang patut jadi pemikiran bagi pengelola
rumah sakit, dan jadi penyebab tingginya tingkat penurunan kualitas lingkungan
dari kegiatan rumah sakit antara lain disebabkan, kurangnya kepedulian
manajemen terhadap pengelolaan lingkungan karena tidak memahami masalah teknis
yang dapat diperoleh dari kegiatan pencegahan pencemaran, kurangnya komitmen
pendanaan bagi upaya pengendalian pencemaran karena menganggap bahwa
pengelolaan rumah sakit untuk menghasilkan uang bukan membuang uang mengurusi
pencemaran, kurang memahami apa yang disebut produk usaha dan masih banyak lagi
kekurangan lainnya (Sebayang dkk, 1996). Untuk itu, upaya-upaya yang harus
dilakukan rumah sakit adalah, mulai dan membiasakan untuk mengidentifikasi dan
memilah jenis limbah berdasarkan teknik pengelolaan (Limbah B3, infeksius,
dapat digunapakai atau guna ulang). Meningkatkan pengelolaan dan pengawasan
serta pengendalian terhadap pembelian dan penggunaan, pembuangan bahan kimia
baik B3 maupun non B3. Memantau aliran obat mencakup pembelian dan persediaan
serta meningkatkan pengetahuan karyawan terhadap pengelolaan lingkungan melalui
pelatihan dengan materi pengolahan bahan, pencegahan pencemaran, pemeliharaan
peralatan serta tindak gawat darurat (Sebayang dkk, 1996).
3.6 Jenis Limbah Rumah Sakit Dan
Dampaknya Terhadap Kesehatan Serta Lingkungan
Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Mengingat dampak yang
mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik meliputi
pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana, keuangan dan tatalaksana
pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit
yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan (Said, 1999). Limbah rumah Sakit
bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis rumah
sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair rumah
sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan
parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain. Sedangkan limbah padat rumah sakit
terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah-
limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen atau bahan
kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke
lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang
kurang memadal, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan,
serta penyediaan dan
pemeliharaan sarana sanitasi yang masib buruk (Said,
1999).
Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini
paling baik jika dilakukan dengan memilah-milah limbah ke dalam pelbagai
kategori. Untuk masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah
yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin
menghindari resiko kontaminsai dan trauma (injury). jenis-jenis limbah
rumah sakit meliputi bagian berikut ini (Shahib dan Djustiana, 1998) :
a. Limbah Klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara
rutin, pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya
dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staff rumah
sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi.
contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan
badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung
urin dan produk darah.
b. Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya
diotoklaf sebelum keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label
biohazard.
c. Limbah Bukan Klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau
kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak
menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan
tempat yang besar untuk mengangkut dan mambuangnya.
d. Limbah Dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor.
Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan hewan mengerat seperti tikus
merupakan gangguan bagi staff maupun pasien di rumah sakit.
e. Limbah Radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan
pengendalian infeksi di rumah sakit, pembuangannya secara aman perlu diatur
dengan baik.
4.1 Pencegahan Pengolahan Limbah Pada
Pelayanan Kesehatan
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya
mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau
kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan
pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif
yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang
meliputi upaya mengunangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah
(Shahib, 1999). Program minimisasi limbah di Indonesia baru mulai digalakkan,
bagi rumah sakit masih merupakan hal baru, yang tujuannya untuk mengurangi
jumlah limbah dan pengolahan limbah yang masih mempunyainilai ekonomi (Shahib,
1999).
Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan
pilihan teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah
berbahaya antara lain reduksi limbah (waste reduction), minimisasi limbah
(waste minimization), pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan
pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada sumbemya (source reduction)
(Hananto, 1999).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang
harus dilaksanakan pertama kali
karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah
atau mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi
limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas
dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif
langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni
meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan
pelaksanaannya relatif murah (Hananto, 1999). Berbagai cara yang digunakan
untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah (Arthono, 2000) :
1.
House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga
kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau
kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.
2.
Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah
menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah,
mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah.
3.
Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat
atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
4.
Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan
bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak
berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan
penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.
5.
Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
6.
Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang
kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi,
sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian
sebagian unitnya.
Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk
memilah-milah limbah di seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai,
sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di tempat sumbernya, perlu memperhatikan
hal-hal berikut (Haryanto, 2001) :
1.
Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk
limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik.
2.
Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik.
3.
Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai
limbah klinik.
4.
Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah
klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.
Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan
kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut (Sundana,
2000) :
1. Pemisahan limbah
·
Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
·
Semua limbahberesiko tinggi hendaknya diberi label jelas
·
Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang
menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang. Di
beberapa negara, kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat
digunakan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat
diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip
berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit
lain
2. Penyimpanan limbah
·
Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian.
Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas
·
Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa
mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk
dikumpulkan
·
Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang
samatelah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai
·
Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan
perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya
3. Penanganan limbah
·
Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup
·
Kantung dipegang pada lehernya
·
Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung
tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong
tersebut
·
Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih
untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging)
·
Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat
mencederainya di dalma kantung yang salah
·
Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung
limbah
4. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan
menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor,
limbah bagian klinik dibawa ke insinerator. Pengankutan dengan kendaran khusus
(mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan
untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap
hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan
dengan menggunakan larutan klorin.
5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan
klinik dapat dibuang ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik
harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan
ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak
sampai membusuk.
Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya
lebih sederhana dibanding dengan limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak
dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan bangunan khususnya dalam
memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan agar
(Agustiani dkk, 2000) :
·
Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak);
·
Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama 24
jam.
·
Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman
padao gen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer.
Ruang perawatan dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan bebas kuman
patogen. Kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi
maksimum yang telah ditentukan.
Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli
insinerator sendiri. insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar
pada suhu 1300 – 1500o C atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang
sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah
sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi
limbah rumah sakityang berasal dari rumah sakitlain. Insinerator modern yang
baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung
limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang
tidak terpakai (Rostiyanti dan Sulaiman, 2001).
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah
klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran
(liming) tersebut meliputi yang berikut (Djoko, 2001) :
·
Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.
·
Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm.
·
Tambahkan lapisan kapur.
·
Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai
ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah.
·
Akhirnya lubang tersebut harus dituutup dengan tanah.
4.2 Ozonisasi Pengolahan Limbah Medis
Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak
dioperasikan hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya
sekarang terbukti memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak
dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat
mencemari tanah. Terkadang ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir
dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat
dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat medis (Suparmin dkk, 2002).
Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik
pembakaran pada sampah medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan
Perlindungan Lingkungan AS menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama
zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin
inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh (Suparmin dkk, 2002).
Yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah ditemukannya teknologi
pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode sterilisasi limbah
cair rumah sakit yang direkomendasikan United States Environmental Protection
Agency (USEPA) pada tahun 1999. Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan
untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain (Christiani,
2002).
Ozonisasi
Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus
tahun yang lalu. Proses ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama
kali diperkenalkan Nies dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum
pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat.
Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi
pengolahan air minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di
Amerika (Berlanga, 1998).
Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan
untuk sterilisasi bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga
sterilisasi udara pada ruangan kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon
ini tidak terlepas dari sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah
bereaksi dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V.
Selain itu, ozon telah dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma
seperti corona discharge (Berlanga, 1998). Melalui proses oksidasinya pula ozon
mampu membunuh berbagai macam mikroorganisma seperti
bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis,
Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya (Crites, 1998).
Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel
mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses oksidasi
oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy
(HO2) dan hydroxyl radical (OH) yang terbentuk ketika
ozon terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon
mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri
(Akers, 1993).
Ozonisasi Limbah cair rumah sakit
Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan
laboratorium, dapur, laundry, toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada
sebuah kolam equalisasi lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan
dengan gas ozon. Gas ozon yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi
senyawa organik dan membunuh bakteri patogen pada limbah cair (Harper, 1986).
Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan
ke tangki koagulasi untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada
tangki berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain
sisa hasil proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan (Harper,
1986).
Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki
filtrasi. Pada tangki ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan
zat-zat pollutan yang terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan
dihilangkan permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini
sudah jenuh, atau tidak mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan
berhenti, dan pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru
atau didaur ulang dengan cara dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif
untuk selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke sungai (Harper, 1986).
Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil
radikal (-OH), sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang
sangat tinggi (2.8 V), jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V).
Hidroksil radikal adalah bahan oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai
senyawa organik (fenol, pestisida, atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai
contoh, fenol yang teroksidasi oleh hidroksil radikalakan berubah menjadi
hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk kemudian teroksidasi kembali menjadi
asam oxalic dan asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil yang mudah
teroksidasi dengan kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir
dari proses oksidasi hanya akan didapatkan karbon dioksida dan air (Harper,
1986). Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga
dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisma, menghilangkan
bau, dan menghilangkan warna pada limbah cair. Dengan demikian akan dapat
mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri patogen, yang banyak
terkandung dalam limbah cair rumah sakit (Wilson, 1986). Pada saringan karbon
aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan
diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini
sudah jenuh, proses penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti
baru atau didaur ulang dengan cara dicuci (Wilson, 1986).
Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan
dengan lampu ultraviolet atau hidrogen peroksida.Dengan melakukan kombinasi ini
akan didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan
dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat
menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus
menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga
mendekati 100%. Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah
sakittidak hanya dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan
kembali air limbah yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain
efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi yang
luas (Wilson, 1986).
Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja
memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin
dampak negatif. Dampak negatif itu berupa
cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang
dibuang tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakityang tidak
baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit
darin pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun
dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh sebab itu untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada
di lingkungan rumah sakit dana sekitarnya, perlu penerapan kebijakan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, dengan melaksanakan kegiatan
pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakitsebagai salah astu indikator
penting yang perlu diperhatikan. Rumah sakit sebagai institusi yang
sosioekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan
1.1 Kesimpulan
1.1 Kesimpulan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih
dikenal sebagai sampah) atau juga dapat
dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Karakteristik limbah:
1.
Berukuran mikro
2.
Dinamis
3.
Berdampak luas (penyebarannya)
4.
Berdampak jangka panjang (antar generasi)
1.2 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan Jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain:
• Otot jantung yang lemah. Ini adalah kelainan bawaan sejak lahir. Otot jantung yang lemah membuat penderita tak dapat melakukan aktivitas yang berlebihan, karena pemaksaan kinerja jantung yang berlebihan akan menimbulkan rasa sakit di bagian dada, dan kadangkala dapat menyebabkan tubuh menjadi nampak kebiru-biruan. Penderita lemah otot jantung ini mudah pingsan.
• Adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri, oleh karena tidak sempurnanya pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua serambi saat penderita masih di dalam kandungan. Hal ini menyebabkan darah bersih dan darah kotor tercampur. Penyakit ini juga membuat penderita tidak dapat melakukan aktivitas yang berat, karena aktivitas yang berat hampir dapat dipastikan akan membuat tubuh penderita menjadi biru dan sesak nafas, walaupun tidak menyebabkan rasa sakit di dada. Ada pula variasi dari penyakit ini, yakni penderitanya benar-benar hanya memiliki satu buah serambi.
2.1 Saran
Tidak ada penanggulangan yang lebih baik untuk mencegah penyakit dan serangan jantung, di samping gaya hidup sehat (seperti sering bangun lebih pagi, tidak sering tidur terlalu larut malam, dan menghindari rokok dan minuman beralkohol), pola makanan yang sehat (memperbanyak makan makanan berserat dan bersayur, serta tidak terlalu banyak makan makanan berlemak dan berkolesterol tinggi), dan olah raga yang teratur dan tidak berlebihan, hal tersebut diatas merupakan saran yang baik untuk dijalankan bagi tiap orang untuk menjaga kesehatan terutama Jantung
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan Jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain:
• Otot jantung yang lemah. Ini adalah kelainan bawaan sejak lahir. Otot jantung yang lemah membuat penderita tak dapat melakukan aktivitas yang berlebihan, karena pemaksaan kinerja jantung yang berlebihan akan menimbulkan rasa sakit di bagian dada, dan kadangkala dapat menyebabkan tubuh menjadi nampak kebiru-biruan. Penderita lemah otot jantung ini mudah pingsan.
• Adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri, oleh karena tidak sempurnanya pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua serambi saat penderita masih di dalam kandungan. Hal ini menyebabkan darah bersih dan darah kotor tercampur. Penyakit ini juga membuat penderita tidak dapat melakukan aktivitas yang berat, karena aktivitas yang berat hampir dapat dipastikan akan membuat tubuh penderita menjadi biru dan sesak nafas, walaupun tidak menyebabkan rasa sakit di dada. Ada pula variasi dari penyakit ini, yakni penderitanya benar-benar hanya memiliki satu buah serambi.
2.1 Saran
Tidak ada penanggulangan yang lebih baik untuk mencegah penyakit dan serangan jantung, di samping gaya hidup sehat (seperti sering bangun lebih pagi, tidak sering tidur terlalu larut malam, dan menghindari rokok dan minuman beralkohol), pola makanan yang sehat (memperbanyak makan makanan berserat dan bersayur, serta tidak terlalu banyak makan makanan berlemak dan berkolesterol tinggi), dan olah raga yang teratur dan tidak berlebihan, hal tersebut diatas merupakan saran yang baik untuk dijalankan bagi tiap orang untuk menjaga kesehatan terutama Jantung
Daftar Pustaka
Agustiani
E, Slamet A, Winarni D (1998). Penambahan PAC pada proses lumpur aktif untuk
pengolahan air limbah rumah sakit: laporan penelitian. Surabaya: Fakultas
Teknik IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Agustiani
E, Slamet A, Rahayu DW (2000). Penambahan powdered activated carbon (PAC) pada
proses lumpur aktif untuk pengolahan air limbah rumah sakit. Majalah IPTEK: jurnal ilmu
pengetahuan alam danteknologi : 11 (1):
30-8
Akers
(1993). Paperboard hospital waste container. United States Patent : 5,240,176
Arthono A (2000).Perencanaan pengolahan limbah cair untuk rumah sakit dengan
metode lumpur aktif. Media ISTA : 3 (2) 2000: 15-8 Barlin (1995). Analisis
dan evaluasi hukum tentang pencemaran akibat limbah rumah sakit Jakarta :Badan
Pembinaan Hukum Nasional
Berlanga
B (1998). Process, formula and
installation for the treatment and sterilization of biological, solid, liquid,
ferrous metallic, non-ferrous metallic, toxic and dangerous hospitalwaste
material. United States Patent : 5,820,541
Christiani
(2002). Pemanfaatan substrat padat untuk imobilisasi sel lumpur aktif pada
pengolahan limbah cair rumah sakit. Buletin
Keslingmas
Djoko
S (2001). Pengelolaan limbah rumah sakit. Sipil Soepra : jurnal sipil 3(8): 91-9
Giyatmi
(2003). Efektivitas pengolahan
limbah cair rumah sakitDokter Sardjito Yogyakarta terhadap pencemaran
radioaktif. Yogyakarta : Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada
Hananto
WM (1999). Mikroorganisme patogen limbah cair rumah sakitdan dampak kesehatan
yang ditimbulkannya. Bul
Keslingmas : 18 (70) 1999:
37-44
Harper
(1986). Hospital waste
disposal system. United States Patent : 4,619,409
Haryanto
(2001). Analisis
senyawa-senyawa kimia limbah cair rumah sakit Kodya Jambi. Percikan : 31 (Mei): 54-9
Karmana
O, Nurzaman M, Sanusi S (2003). Pengaruh
limbah padat rumah sakit hasil insinerasi dan pupuk NPK bagi pertumbuhan
tanaman bayam (Amaranthus sp) var. Gitihijau : laporan penelitian. Bandung :
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Padjadjaran
Rostiyanti
SF, Sulaiman F (2001). Studi pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah dan
incinerator pada rumah sakit di Jakarta. Jurnal
Kajian Teknologi : 3 (2): 113-23
Said
NI (1999). Teknologi
pengolahan air limbah rumah sakitdengan sistem “biofilter anaerob-aerob”.Seminar
Teknologi Pengelolaan Limbah II: prosiding, Jakarta, 16-7 Feb 1999.
Said
dan Ineza (2002). Uji
performance pengolahan air limbah rumah sakit dengan proses biofilter tercelup.
Jakarta : Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan
Sabayang
P, Muljadi, Budi P (1996). Konstruksi
dan evaluasi insinerator untuk limbah padat rumah sakit. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan
Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan Shahib MN (1999)
Penerapan teknik “Polymerase chain Reaction” (PCR) untuk memonitor pencemaran
lingkungan oleh senyawa merkuri (Hg) pada limbahcair rumah sakit. Kongres
Himpunan Toksikologi Indonesia: prosiding, Jakarta, 22-23 Feb 1999 Shahib MN,
Djustiana N (1998). Profil DNA plasmid E. coli yang diisolasi dari limbah
cair
rumah sakit. Majalah Kedokteran Bandung : 30 (1) 1998: 328-41
Siregar
TM (2001). Pengaruh penambahan
inokulum pada pengolahan limbah cair rumah sakit: studi kasus pengolahan
limbah cair RSUD Pasar Rebo, Jakarta menggunakan M-bio pada reaktor fixed-film
aerobic. Jakarta : Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia
Sundana
EJ (2000). Hospital waste minimization in Indonesia case studi: Muhammadiyah
Bandung General Hospital (RSMB). Jurnal
Itenas : 4 (1): 43-9
Suparmin,
Tri C, Budiono Z (2002). Studi evaluasi pengolahan air limbah rumah sakit
diPropinsi Jateng tahun 2002. Buletin
Keslingmas
Wilson
(1986). Hospital waste
disposal system. United States Patent : 4,618,103
http://www.klinikmedis.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7:pencegahan-penanganan-pengolahan-limbah-rumah-sakit&catid=1:latest-news
KESEHATAN DIRI DAN LINGKUNGAN
Disusun oleh:
1. Aditya Fitra Isnugrho
2. Iman Dwi Permana
3. Iqbal Fikri
4. M. Faris Putratama
5. M. Yusron Muzaki
SMP NEGERI 08 TANGERANG
TAHUN AJARAN 2012/2013
tolong masukan nya agar memberi motivasi buat saya
good
BalasHapuskurang panjang makalahnya -_-
BalasHapusgak ada yang lebih panjang lagi -_- :P
hahahaha, yang penting ngerjain. dari pada enggak....
BalasHapusYE kannn...